Islamabad - Taliban
Pakistan mendesak umat Islam di Myanmar untuk bangkit dan melawan penguasa.
Sumber Taliban menyatakan siap menyediakan fasilitas pelatihan untuk membantu
kaum Rohingya "menyandang pedang".
Ehsanullah
Ehsan, juru bicara kelompok garis keras Jamaat-ul-Ahrar sebuah faksi dalam
gerakan Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) , mengatakan mereka akan "berbagi
kesedihan" dengan kaum minoritas Muslim Rohingya yang terkepung di
Myanmar, tulis koran Australia, Sydney Morning Herald mengutip AFP, Selasa
(9/6/2015).
Myanmar
menolak mengakui sebagian dari 1,3 juta kaum Rohingya sebagai warga negaranya
dan menempatkan serangkaian pembatasan terhadap mereka, seperti jumlah anggota
keluarga, mobilitas dan akses ke pekerjaan.
Negara
bagian Rakhine di Myanmar barat yang miskin mudah tesulut ketegangan antara
mayoritas Buddha dan Rohingya. Banyak warga Rohingya yang masih tinggal di
kamp-kamp pengungsian setelah kerusuhan berdarah meletus pada 2012.
Dalam
pesan audio yang dikirim ke media, Ehsan mendesak pemuda pakistan untuk
"berjihad di jalan Allah". Sekitar empat persen dari 51 juta populasi
Myanmar memeluk Islam dan kaum Rohingya merupakan lebih dari setengah pupulasi
muslim Myanmar.
TTP
telah sudah membantai ribuan orang dalam perjuangan berdarah melawan negara
Pakistan sejak 2007 tapi jarang berminat mengobarkan perjuangannya di luar
Pakistan.
Tapi masalah Rohingya mulai mengaduk-aduk opini publik di Pakistan. Perdana
Menteri Nawaz Sharif kabarnya telah membentuk sebuah komite khusus untuk
menunjukkan apa yang Pakistan dapat lakukan untuk membantu Rohingya,. Pada
pengunjuk rasa Minggu (7/6/2015) demonstran membakar bendera Myanmar di pusat
kota Multan.
Ehsan
mengatakan "demonstrasi protes, prosesi, pawai, dan kecaman" hanya
memiliki dampak kecil. Hanya jalan jihad yang akan membuat para penguasa
Myanmar mulai berfikir.
Langkah TTP mulai surut sejak militer Pakistan mengobrak-abrik persembunyian
mereka pada Juni tahun lalu. Dalam beberapa tahun terakhir kelompok-kelompok
Islam garis keras mengobarkan pesan mendukung Rohingya serta desakan melakukan
perang jihad, termasuk Al-Qaeda Pakistan.
Pemenang
Hadiah Nobel Perdamaian Malala Yousafzai, Senin mendesak para pemimpin Myanmar
untuk mengambil "tindakan segera" untuk mencegah penganiayaan Muslim
Rohingya di negara itu, yang sebagian besar dianggap oleh pemerintah untuk
menjadi imigran ilegal.
"Saya
menyerukan kepada pemimpin Myanmar dan dunia untuk mengambil tindakan segera
untuk menghentikan penganiayaan tidak manusiawi rezim Myanmar terhadap
minoritas Muslim Rohingya," kata Malala.
(inilah.com)
|
0 comments:
Post a Comment