THE Jewish Encyclopedia memuat sejarah keluarga
Rothschild sebagai jutawan semenjak keluarga ini muncul, dan memainkan peran
penting dalam sejarah dunia terselubung modern. Pendiri keluarga ini adalah
Amschel Moshe Pour, seorang pemilik modal Yahudi kenamaan. Ia pada mulanya hidup
mondar-mandir antar-kota besar di Eropa Timur dalam urusan bisnis.
Kemudian ia menetap di Frankfurt Jerman. Nama Rothschild
berasal dari bahasa Jerman.
Roth artinya red (merah) dalam bahasa Inggris. Schild
artinya shield (tameng) dalam bahasa Inggris. Jadi Rothschild artinya ‘tameng
merah’, atau dalam bahasa Inggris Red-shield. Ketika Amschel pertama kali
membuka usahanya di jalan Bonden Strous Frankfurt, ia memasang semacam lambang
berupa tameng berwarna merah di tokonya, sehingga nama Rothschild sejak itu
diambil sebagai nama keluarga berketurunan.
Sepeninggal Amschel, putra bungsunya bernama Mayer
Amschel meneruskan usaha ayahnya. Sebelumnya sang ayah telah bercita-cita, agar
anaknya ini kelak meneruskan usaha ayahnya dalam dunia bisnis, meskipun sang anak
bercita-cita menjadi pendeta Yahudi. Mayer rupanya berganti haluan sepeninggal
ayahnya. Ia bekerja pada Bank Oppenheimer, milik seorang Yahudi.
Tidak lama kemudian ia banyak memahami seluk-beluk
perbankan, sehingga pemilik Bank akhirnya berminat untuk menjadikannya sebagai
mitra usahanya.
Setelah beberapa lama, kemudian ia kembali ke Frankfurt
untuk meneruskan usaha mendiang ayahnya. Simbol Rothschild makin terkenal, dan
nama Mayer pun mulai dikenal sebagai Rothschild I.
Mayer hidup tahun 1743-1812. Kelima anaknya dididik
dengan keras untuk menjadi pengusaha atau bankir yang tangguh, agar suatu saat
kelak muncul sebagai konglomerat. Di antara anaknya yang paling berbakat adalah
anak bungsunya Nathan, sehingga keluarga Rothschild mengirimnya ke Inggris sejak
masih belia, agar kelak bisa menjadi salah seorang pemeran penting dalam bank
Inggris.
Sedang tujuannya lebih jauh adalah untuk mendirikan
lembaga keuangan raksasa bersama dengan ayah dan keempat saudaranya yang
tersebar di seluruh Eropa.
Sejak Nathan berada di Inggris sebagai kader konglomerat
Yahudi, kelompok pemilik modal internasional melangkah ke babak baru. Mayer
yang pada tahun 1773 berusia 30 tahun mengundang tokoh pemilik modal Yahudi ke
Frankfurt untuk membicarakan masalah Monopoli Internasional.
Dalam pertemuan itu Mayer yang bergelar Rothschild I
mengemukakan tentang peran yang dimainkan oleh para pemilik modal Yahudi
Internasional dalam Revolusi Inggris. Ia mengemukakan beberapa kesalahan yang
telah dilakukan oleh mereka sebagai berikut :
- Mereka lamban dalam melaksanakan program yang telah ditetapkan. Akibatnya tidak bisa menghasilkan apa yang telah ditargetkan, yaitu menguasai Inggris secara menyeluruh.
- Masih ada beberapa golongan berpengaruh di Inggris yang masih mampu bertahan menghadapi Konspirasi Internasional. Rothschild mengajukan pandangannya tentang langkah-langkah yang masih belum terlaksana, yaitu :
- Mempercepat pelaksanaan program yang belum terlaksana, dan menyingkirkan golongan oposisi dengan segala cara yang bisa ditempuh.
- Menguasai sepenuhnya segenap lapisan masyarakat Inggris, dan menentukan nasib mereka lewat jalan kekerasan dan teror mental dan fisik.
Meskipun ada kesalahan yang diamati oleh Mayer, namun itu
tidak berarti tujuan Konspirasi Internasional secara umum telah gagal. Tujuan
mereka menguasai perekonomian Inggris telah tercapai, dan mereka berhasil pula
menarik Inggris ke dalam ketidakstabilan dan kancah peperangan yang
berkepanjangan, agar jeratan yang mencekik leher menjadi makin kuat.
Rothschild membeberkan kepada para pemilik modal Yahudi
Internasional itu, bahwa keberhasilan mereka atas Inggris bukanlah sesuatu yang
besar, dibanding dengan arti Revolusi Prancis yang segera akan berkobar. Para
peserta pertemuan merasa puas dengan uraian Rothschild yang realistis itu,
sehingga mereka sepakat memperkokoh suatu tujuan dalam merancang Revolusi
Prancis dengan rencana matang.
Sejak itu mereka sepakat mengumpulkan dana besar-besaran
sebagai persiapan untuk membiayai rencana tersebut. Dengan modal keuangan
besar-besaran, mereka berharap bisa menciptakan situasi perekonomian Eropa yang
menggoncangkan. Khususnya di Prancis, pengangguran melonjak dahsyat, dan
bencana kelaparan mendekati ambang pintu.
Sementara itu, terompet slogan muluk-muluk ditiupkan dari
balik layar oleh kekuatan Konspirasi Yahudi Internasional, sehingga raja
Prancis beserta para pejabat dan pihak gereja menjadi sasaran kebencian rakyat
yang makin memuncak dari hari ke hari, dengan melontarkan tuduhan keji tanpa
landasan rasional terhadap kalangan penguasa. Kehancuran dan kerusuhan pun
makin menjadi-jadi. []
(Islampos.com)
0 comments:
Post a Comment