Ratusan
mahasiswa dan masyarakat terlibat bentrok dan aksi saling dorong dengan polisi
saat berusaha menerobos masuk ke Pendapa Bupati Nagan Raya di Kompleks
Perkantoran Suka Makmue, Kamis (4/5). /DEDI ISKANDAR
SUKA MAKMUE - Massa yang terdiri atas ratusan warga dan mahasiswa,
tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Pemuda Antinepotisme dan Korupsi (Ampon
Korupsi), sejak Kamis (4/6) sekitar pukul 14.00 WIB mengepung Pendapa Bupati
Nagan Raya di Kompleks Perkantoran Suka Makmue.
Aksi ini dilakukan massa sebagai upaya untuk mendesak
penuntasan dugaan tindak pidana korupsi keuangan negara di Kabupaten Nagan Raya
yang kini sedang diusut oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pengepungan ini dilakukan massa setelah sebelumnya mereka
berunjuk rasa ke Kantor DPRK Nagan Raya yang berada sekitar 150 meter dari
pendapa bupati tidak direspons sejumlah anggota DPRK setempat. Sebagian besar
wakil rakyat saat itu memilih untuk hadir ke acara di pendapa ketimbang
melayani massa yang berunjuk rasa.
Sebelumnya, massa meminta Wakil Ketua DPRK Nagan Raya,
Samsuardi alias Juragan bersama sejumlah anggota DPRK lainnya, seperti HM
Ibrahim Idham, Samsul Bahri, dan H Safriadi, menjemput paksa anggota DPRK
setempat yang menghadiri pertemuan di pendapa bupati. Bahkan ketika Juragan
datang ke acara silaturahmi yang digagas oleh Pemkab Nagan Raya itu dengan
menghadirkan ratusan keuchik, tokoh masyarakat, dan unsur muspida suasana
sempat ricuh dan tegang.
Pasalnya, Juragan yang datang bersama sejumlah anggota
dewan meminta Wakil Ketua DPRK, Teuku Bustamam untuk kembali ke kantor dan
meningalkan lokasi acara karena didesak masyarakat untuk menampung aspirasi
mereka.
Tapi, ajakan itu ditolak Bustamam, sehingga sempat
terjadi adu mulut antarsesama unsur pimpinan DPRK. Bahkan Bupati Nagan Raya,
Drs HT Zulkarnaini yang duduk di barisan depan langsung beranjak ke arah
Juragan sambil mengeluarkan kata-kata bernada tinggi.
Namun, emosi bupati yang akrab disapa “Ampon Bang” itu
berhasil diredam setelah sejumlah pejabat, termasuk adik kandungnya, memegang
tangan Ampon dengan harapan ia tidak semakin emosi. Sementara itu, sejumlah
anggota DPRK Nagan Raya yang dijemput paksa untuk kembali ke Kantor DPRK pada
siang kemarin, sebagian terlihat tetap bertahan di lokasi acara. Uniknya, ada
juga yang terlihat melarikan diri dari ruangan. Sementara itu, sejumlah aparat
keamanan yang bersenjata lengkap juga masuk ke dalam aula pendapa untuk
memantau aksi penjemputan paksa tersebut.
Namun, karena tidak berhasil, akhirnya rombongan anggota
DPRK Nagan Raya yang dipimpin Juragan itu langsung kembali ke Kantor DPRK untuk
menyampaikan hasil yang mereka peroleh di hadapan massa. Karena tak berhasil,
akhirnya massa yang mencapai ratusan orang itu langsung bergerak ke pendapa
bupati yang berjarak sekitar 150 meter dari Kantor DPRK Nagan Raya.
Sesampainya di depan pintu gerbang pendapa, massa yang
membawa pengeras suara serta sejumlah tuntutan itu langsung mengepung pendapa.
Dengan cara itu mereka berharap sejumlah anggota DPRK Nagan Raya yang hadir dalam
acara di pendapa segera keluar. Namun, karena banyaknya massa yang datang,
kegiatan yang semula berjalan lancar itu langsung dihentikan. Pengunjung pun
langsung ke luar guna melihat massa yang sudah berada di depan pintu pagar.
Karena tak ada tanggapan sama sekali, massa yang dimotori
oleh mahasiswa itu pun berupaya mendobrak pintu masuk ke pendapa. Setelah
berhasil mendobrak pintu, massa sempat dihadang oleh polisi, sehingga
menimbulkan kericuhan dan aksi saling dorong untuk memukul mundur massa.
Karena tak ada solusi, akhirnya massa kembali ke Kantor
DPRK Nagan Raya untuk menggelar aksi lanjutan. Massa juga memboyong sejumlah
kertas karton dan spanduk. Isinya beraneka. Di antaranya: Wakil rakyat di Nagan
Raya harus berani untuk tidak mendukung kasus korupsi dan dinasti di Nagan
Raya. Massa juga membawa tulisan bahwa Dinasti Nagan Raya rawan korupsi, serta
tulisan yang menantang KPK unjuk gigi di kabupaten ini untuk memberantas
korupsi.
Pantauan Serambi kemarin, setelah massa kembali ke kantor
DPRK, sejumlah pejabat dan aparatur gampong yang hadir dalam acara di pendapa
langsung kembali ke rumah masing-masing. Bahkan beberapa keuchik (kepala desa)
terlihat meminta pengamanan kepada aparat kepolisian supaya dikawal karena
khawatir akan menjadi sasaran amuk massa.
Bahkan satu unit kendaraan water canon disertai kendaraan
lapis baja milik polisi serta pasukan Brimob bersenjata lengkap, juga
dikerahkan di kompleks pendapa bupati untuk pengamanan area.
Sementara itu, massa yang terus menggelar orasi juga
membacakan tuntutan yang disampaikan di hadapan sejumlah anggota DPRK Nagan
Raya. Di antaranya, masyarakat dan mahasiswa mendesak kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengusut sejumlah dugaan kasus tindak pidana
korupsi yang selama ini diduga terjadi di Nagan Raya.
Kedua, massa mendesak KPK untuk mengusut kasus dana
bantuan sosial (bansos) sebesar Rp 28 miliar, dana hibah Rp 6 miliar, dan
penggunaan APBK sejak 2010-2015 yang selama ini pernah menjadi temuan BPK RI
karena diduga penggunaan uangnya tidak jelas.
Bahkan, massa juga mendesak kepada KPK untuk segera
membubarkan “Dinasti Ampon Bang” yang kabinet/pemerintahannya yang selama ini
diisi oleh adik-adik kandung, sanak saudara, dan kerabat Bupati HT Zulkarnaini.
Massa bahkan mendesak tim KPK yang kini sedang bekerja di
Nagan Raya untuk bekerja secara profesional dan transparan, serta mengungkap
semua temuan seperti yang selama ini dilakukan. “Apabila KPK tidak mampu
mengungkap kasus tindak pidana korupsi di Nagan Raya, maka lebih baik bubarkan
saja KPK. Biarkan rakyat yang bekerja,” teriak Wahidin, koordinator aksi.
Massa juga mendesak aparat penegak hukum untuk serius
mengusut sejumlah kasus korupsi di Nagan Raya, termasuk penggunaan dana APBK
dalam pembangunan Masjid Agung Baitul Makmur yang telah menghabiskan dana Rp 7
miliar. Pasalnya, penggunaan dana sebesar itu hasilnya hanya mampu untuk
membangun fondasi saja.
Massa juga mendesak KPK mengungkap seluruh harta dan aset
maupun kekayaan Ampon Bang, karena diduga ada yang diperoleh secara melawan
hukum.
“Apabila tuntutan kami tidak direspons, maka aksi ini
akan terus kami perjuangkan. Jika perlu, kami akan bentuk peradilan rakyat
untuk memberantas kasus korupsi di Nagan Raya,” tegas Wahidin.
(edi/aceh.tribunnews.com)
|
0 comments:
Post a Comment