Dimulai berabad-abad yang lalu, beberapa agama-agama di
dunia bergerak sejalan dengan pertumbuhan dan menyebar dari barat ke timur di
sepanjang jalur lintas Eropa-Asia yang dikenal dengan nama Jalur Sutra. Buddha,
Kristen, dan Islam adalah agama utama yang dibawa dan dikomunikasikan oleh
pedagang dan misionaris yang tergabung dalam karavan-karavan pedagang tersebut.
Sebagai sebuah komunitas beragama yang tumbuh diseantero Asia, kelangsungan
keberadaan mereka dipastikan dengan adanya dukungan kesamaan pandangan dari
sesama pedagang. Oleh karena itu, tumbuh berkembangnya kehidupan beragama para
pedagang bergantung pada satu hal: ide dasar pertumbuhan agama di dunia tidak
dapat dipisahkan dari terhubungnya aktivitas perdagangan jarak jauh.
1000 SM – 200 M
Jalur sutra berada di tepi selatan padang rumput eurasia,
tempat dimana padang gersang bertemu dengan pegunungan dan aliran sungai kecil
yang menyediakan kebutuhan air. Di sepanjang zona transisi ekologi inilah
masyarakat bermigrasi dan bertempat tinggal, bahkan mendirikan Oasis-oasis,
tempat para pedagang dan pelancong beristirahat, mengisi kembali
perlengkapannya, dan berdagang. Nama Jalur Sutra berasal dari lalu lintas
perjalanan Sutra Cina dari Timur ke barat, yang mana sangat popular di daerah
Kekaisaran Romawi. Imbalannnya, pedagang membawa emas, perak, dan wol kembali
ke Cina. Lembaran sutra yang ditemukan di kuburan-kuburan Mesir kuno, yang
berasal dari Tahun 1000 SM, adalah salah satu bukti adanya lalu lintas ini.
Meskipun begitu, akademisi percaya bahwa jalur tersebut sudah aktif berabad
sebelumnya. Bangsa Persia dipercayai berperan penting menyampaikan barang
tersebut dalam jarak yang jauh seperti itu.
Di masa lalu, agama tidaklah menjadi bagian utama dari
tugas seorang misionaris. Kehidupan beragama, secara umum dipandang sebagai
sebuah kebudayaan, bukanlah sebuah kebenaran universal yang harus dianut.
Contohnya, agama orang Iran dan orang Israel yang menyebar cukup luas
diseantero dunia lampau, akan tetapi ketika masyarakat Iran dan Israel berdagang,
mereka akan menyebut pengaruh agama masing-masing sebagai sebuah gagasan asing
yang menarik, dibanding dengan kebenaran spiritual utama yang mana keselamatan
bergantung padanya. Pendekatan keagamaan seperti ini dipercaya sebagai sebuah
kekayaan budaya masyarakat yang memilikinya. Contohnya, ketika masyarakat Cina
percaya bahwa Pendeta Iran memiliki semacam keahlian dalam berbicara dengan
Tuhan, ide untuk beralih pada kepercayaan tersebut tidak akan
berarti apa-apa karena spritualitas pendeta tersebut tidak menyertakan doktrin
yang menyebutkan keutamaan keberadaannya dengan Tuhan. Walaupun begitu,
masyarakat Cina tetap mempekerjakan pendeta Iran sampai periode
kekaisaran Mongol, yang muncul pada Abad ke-13 M.
Ketika raja Persia, Cyrus, membebaskan orang yahudi dari
penjara-penjara Babilonia pada 559 SM, banyak orang yahudi memilih untuk
bertempat tinggal didalam kekaisaran Persia. Hal ini berarti asal mula tumbuh
berkembangnya komunitas yahudi. Di waktu yang sama, orang-orang yahudi tetap
berhubungan dengan kelompok-kelompok yahudi lainnya dari Babilonia sampai
Mesir, lewat berdagang. Keberadaan mereka dalam dunia Iran berdampak terhadap
beragamnya aspek kebudayaan masyarakat Iran pada kehidupan mereka dimana saja,
yang akhirnya terbaur dan terserap kedalam kebudayaan Kristen dan Islam.
Diantaranya ada sebuah paham eskatologi (paham yang mengkhususkan
pada akhir dunia) pandangan tentang waktu dan kepercayaan terhadap sang juru
selamat, kebangkitan dan pengadilan akhir, surga bagi yang bertakwa dan neraka bagi
pendosa.
Diabad ke-4 SM, sebuah kepercayaan baru telah berakar di
India, berbeda dengan kepercayaan sebelumnya, yang menawarkan jalan terbuka dan
universal pada keselamatan. Buddhisme adalah kepercayaan pertama yang mencoba
untuk mengkonversi masyarakat, dan misionaris bepergian untuk menyebarluaskan
pesan agama mereka. Meluasnya Buddhisme berhubungan langsung dengan perdagangan
jarak jauh. Untuk para misionaris, dan juga untuk yang lainnya, satu-satunya
cara untuk bisa bertahan dalam menghadapi bahaya dan kesulitan perjalanan
adalah ikut dengan karavan-karavan pedagang. Dalam banyak sebab, misionaris
adalah pedagang itu sendiri.
Legenda Theravada (salah satu cabang Buddhisme) yang
merupakan salah satu dari 2 (dua) pedagang yang melakukan perjalanan dari Asia
Tengah berpapasan dengan Buddha sendiri ketika dalam perjalanan ke India.
Mereka terpesona akan ajaran Buddha, dan kembali ketempat asal untuk mendirikan
kuil Buddha pertama disepanjang Jalur Sutra di Bactria (Balkh, sekarang
Afghanistan Utara). Meskipun legenda ini tidak dapat dikonfirmasi kebenarannya
lewat bukti sejarah, tidak sulit untuk dipercaya, karena diabad-abad
selanjutnya Bactria menjadi sebuah pusat agama Buddha. Jalur Sutra memiliki
pengaruh besar dari Timur ke Barat, dan telah disarankan bahwa Mahayana, salah
satu sekte dalam Agama Buddha, yang dominan di China, Jepang, dan Tibet, muncul
dan berkembang tidak di India melainkan di Asia tengah melalui pertemuan secara
terus-menerus antara sebuah kebudayaan dan gagasan. Banyak bagian dari Mahayana
yang memperlihatkan adanya pengaruh Iran, seperti soteriologi (keselamatan),
fungsi Boddhisatva (seorang yang menolong yang lainnya menuju keselamatan), dan
keterkaitan antara Buddha Amitabha dengan Tuhan.
Berawal dari penaklukkan Asia Tengah dan India oleh
Aleksander Agung pada 320 SM, pengaruh Yunani masuk dan bercampur dengan budaya
setempat. Representasi seni dari pengikut Buddha kelihatannya turunan dari
kebudayaan hellenistik dan kisah-kisah Bangsa Yunani, termasuk didalamnya kisah
Ganimeda dan dongeng Kuda Troya, yang muncul kemudian dalam kerangka
kepercayaan Buddha di India. Dalam pengawasan Angkatan perang Aleksander,
pedagang Yunani –lah yang berperan sebagai media pertukaran budaya antara
India, Asia Tengah, dan Mediterania.
Penyampai utama paham Buddhisme ke Cina adalah
orang-orang Iran dari Persia, Bactria, dan Transoxiana. Posisi mereka yang
sesuai karena berada diantara Timur dan Barat membuat mereka menjadi masyarakat
penengah disepanjang Jalur Sutra. Salah satu kelompok yang muncul setelahnya,
yaitu dikenal dengan nama Sogdians, mendirikan komunitas di sepanjang
jalur perdagangan dari Iran dan India ke Cina. Untuk memperkuat hubungan mereka
dengan pedagang lain, mereka belajar bahasa lokal setempat dan melakukan
adat-istiadat setempat kemanapun mereka pergi. Ketika berurusan dengan pengikut
Buddha, mereka terbuka dalam menerima kepercayaannya. Ketika telah mengkonversi
diri mereka sendiri menjadi pengikut Buddha, mereka kemudian membawa ajaran
yang mereka terima dan menyampaikan ajaran baru mereka ke komunitas Sogdian dan
rekan dagang lainnya ke sampai jauh ke Timur. Bentuk dan tata cara inilah yang
berperan berabad-abad kemudian, ketika para pedagang Sogdian bertemu dengan
kepercayaan-kepercayaan lain seperti Kristen, Manichaeisme, dan Islam.
Kepercayaan-kepercayaan China tidak disampaikan ke Barat.
layaknya sebuah kepercayaan tradisional, seperti Taoist dan Konfusius
yang tidak disebarluaskan keluar Cina karena pengikutnya beranggapan bahwa
ajaran mereka secara utuh terhubung dengan adat-istiadat kebudayaan Cina.
200 M – 1400 M
Kristen
Banyak dari pengikut Kristen awal adalah orang-orang
yahudi yang menyebarkan paham kristiani melalui jaringan perdagangan Yahudi
yang berpusat di Babilonia. Selama abad-abad pertama kekristenan, penolakan
doktrinal yang meningkat membuat pengikut Kristen Timur untuk lepas dan
memerdekakan diri dari kepemimpinan Kristen Mediteran. Diakhir abad ke-5M
(lima) gereja Timur, yang berkedudukan di Ibukota Persia, Ctesiphon di
Mesopotamia, lepas dari gereja Roma. Sebuah pertemuan gereja, sinod, dari para
pendeta timur pada 497 M mendeklarasikan Nestorianisme (sebuah
teologi agama yang menyatakan bahwa manusia dan Tuhan dalam diri Yesus Kristus
berbeda) menjadi doktrin resmi mereka.
Kristen dalam bentuk Nestorian inilah yang oleh
orang-orang Iran dan pedagang Sogdian sampaikan ketimur sepanjang Jalur Sutra.
Dipertengahan tahun 600 M, pendeta Nestorian telah ditemukan di Samarkand
(Uzbekistan Tengah) dan Kashgar (sekarang Xinjiang, Uygur,Cina). Di daerah
padang rumput, seorang pendeta Nestorian, yang orang Turki percaya bahwa ia
adalah seorang Tabib sakti, telah membaptis sebagian besar suku-suku Turki
nomaden.
Pada Tahun 635 M, seorang warga Iran-nestorian dalam
sebuah misi tiba di Pengadilan Kekaisaran Cina di Chang’an (sekarang Xi’an),
dengan membawa sebuah salinan. Salinan ini, yang kemudian diterjemahkan kedalam
bahasa Cina, menunjukkan bahwa terjadi penyatuan ide/gagasan dan simbol-simbol
tradisional Jalur Sutra yang ditransformasi kedalam Kristen Timur. Salinan itu
sendiri disebut sebagai sutra-sutra, dan nabi-nabi Kristen disebut
buddha-Buddha. Salah satu judul salinan, Shastra on One Deva, yang berarti
‘ “Discourse on the Oneness of God”. Pada Tahun 781 M, komunitas Kristen
Chang’an memperingati 150 tahun pertama dengan mendirikan sebuah tiang, Monumen
Nestorian. Tulisan pada tiang tersebut menjelaskan bahwa kepercayaan Kristen
pada dasarnya meminjam dari kepercayaan Buddhisme, Konfusianisme, dan Taoisme.
Manichaeisme
Diawal abad ke-3 M ada salah satu kepercayaan, agama
misionaris muncul dari campuran antara kebudayaan Iran-Semit di daerah
Mesopotamia: Manichaeisme. Nabinya, Mani, lahir berdarah daging persia dari
sekte Yahudi-Kristen baptis, akan tetapi ia melakukan perjalanan ke India pada
umur 20 tahun dan menyerap berbagai pengaruh disana sebagaimana mestinya. Agama
yang dibawa olehnya berawal dari kebudayaan Semit, Iran, dan India yang
dikombinasikan dengan sebuah kepercayaan Gnostik (keselamatan melalui
pengetahuan rahasia). Agama tersebut mengklaim adanya dualisme radikal dialam
semesta yang mana Kebaikan dan Keburukan terkunci dalam suatu persaingan secara
terus-menerus. Bersama dengan konsep penganut buddha tertentu seperti
reinkarnasi, Mani mengadopsi struktur sosial bertingkat 4 (empat) pengikut
Buddha, membedakan biksu dengan bukan biksu antara pria dan wanita.
Mani, yang menyebut dirinya sebagai salah seorang murid
Yesus Kristus, menikmati dukungan penuh dari kaisar Persia Sassanid, Shapur I.
Dengan adanya perlidungan resmi, ia sukses melakukan kegiatan misionari-nya.
Dalam sekejap ajarannya mendapatkan popularitas diseantero mediterania dan
dunia orang-orang Iran, yang menyebabkan ia mendapatkan ancaman dari agama
lainnya. Lawan utama Mani di kerajaan sassanid, adalah Kartir, pendeta
tertinggi dari kepercayaan monoteistik Persia, Zoroastrianisme. Katir
berkehendak menjadikan Zoroaster sebagai agama resmi negara. Usaha Kartir
berhasil, dan Mani dijebloskan ke penjara, tempat dimana ia mengakhiri hidupnya
pada 276 M, umur 60 tahun.
Meskipun telah diadakan pembersihan pengikutnya
diseantero kekaisaran Romawi dan Sassanid, penyebaran Manichaeisme tetap
berlanjut. Di Timur, pedagang Sogdian sekali lagi berperan dalam menyampaikan
kepercayaan tersebut disepanjang Jalur Sutra melalui komunitas mereka atau pedagang
lainnya. Pusat Manichaeisme tumbuh di ibukota Sogdian, Samarkand, yang berada
diluar jangkauan kekaisaran sassanid. Dari sanalah misionaris Manichaeisme
bepergian ke Cina, tempat dimana ia mempersembahkan kepercayaan mereka
dihadapan kaisar Wu pada akhir tahun 600 M.
Pada tahun 763 M, sogdian penganut Manichaeisme yang
tinggal dikota Luoyang berhasil mendapatkan audiensi dari Raja Turki Uygur,
salah seorang yang diminta oleh kekaisaran Cina untuk membantu menumpas
pemberontakan. Orang – orang Sogdian kemudian pergi dengan orang-orang Uygur ke
ibukota mereka di Utara Tien Shan dan akhirnya berhasil mengkonversi Raja
tersebut untuk masuk kedalam kepercayaan mereka. Dibawah dukungan Raja,
Manichaeisme menjadi agama resmi negara hingga tahun 840 M. peninggalan
terbesar dari tulisan dan lukisan penganut manichaeisme berasal dari kuil abad
ke-10 didaerah Turfan, Cina barat. Kuil Manichaeisme, seperti halnya kuil
Buddha, adalah hasil dari sumbangan dan dukungan penuh pengikutnya, terutama
pedagang.
Di Barat, misionaris manichaeisme menggambarkan
kepercayaan mereka sebagai bentuk asli dari Kristen. Di Timur, mereka melakukan
hal yang sama dengan menggambarkan kepercayaan mereka sebagai bentuk aliran
Buddha. Ketika kristen menjadi agama resmi kekaisaran Romawi, pengikut
manichaeisme dianggap sebagai Heretik. Hingga akhirnya terjadi pembantaian
besar-besaran yang menyebabkan hampir seluruh pengikut manichaeisme hilang
diabad ke-6 M.
Di Timur, pengikut Manichaeisme bertahan hingga tahun
1500 M. Kuil mereka masih ada di sebuah kota kecil Cao’an (Tsao’an), dekat
Quanzhou (Ch’uan-Chou) di tenggara Cina. Meskipun sekarang para pengunjung
percaya bahwa patung Mani disana adalah patung Buddha.
Islam
Diawal tahun 600 M Islam muncul di Arab Selatan. Nabinya
Muhammad SAW, yang membawa Islam, memulai karirnya sebagai pedagang. Mengikuti
model kepemimpinannya, Islam memiliki nilai yang lebih tinggi dalam aktivitas
komersial dibandingkan kebudayaan lainnya. Penaklukkan yang dilakukan oleh
orang-orang Arab, yang dilakukan dengan mengikuti jalur perdagangan
internasional, menghasilkan suatu perkembangan dalam hukum tata niaga, dan
hasilnya hukum Islam-lah yang mengatur pasar. Ditahun 711 M, bangsa Arab telah
menaklukkan Transoxiana, dan pedagang Sogdian kembali melihat adanya keuntungan
jika memiliki suatu kebudayaan dengan kontak komersial yang sangat luas seperti
Islam.
Orang Arab melakukan misi perdagangan sampai ke
Cina hanya dalam beberapa tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat, mendirikan
koneksi yang menjaga keberlangsungan hubungan Persia – Muslim Sogdian. Pedagang
Iran, yang telah lama berdagang dengan Cina, menjadi sebuah citra Islam disana,
meskipun orang Cina tidak membeda-bedakan antara pedagang Muslim dan Yahudi.
(reokta.wordpress.com)
0 comments:
Post a Comment