Inilah perpustakaan kuno Tanoh Abee, yang berada di
Kabupaten Seulimeum Aceh Besar, sekitar satu jam perjalanan dari kota Banda
Aceh. Di perpustakaan berusia 400 tahun ini banyak tersimpan manuskrip tentang
Islam dari abad ke-16 hingga 19. Terdapat sekitar 3.000 naskah kuno yang masih
utuh. Mulai dari kitab klasik karangan ulama Nuruddin Ar-Raniry, Hamzah
Fansury, Teungku Syiah Kuala, sampai kepada surat dari kekhalifahan Turki
Utsmani kepada Sultan Iskandar Muda.
Perpustakaan ini berada di Dayah (pesantren) Tanoh Abee
milik Teungku Chik Tanoh Abee. Sejarah pendirian Dayah ini sudah dimulai pada
zaman kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Seorang
ulama dari Baghdad bernama Syeikh Fairus Al-Baghdady datang berdakwah ke tanah
Aceh bersama tujuh orang saudaranya dan mendirikan Dayah di kawasan Tanoh Abee.
Sejak itu secara turun temurun keturunan Syeikh Fairus
meneruskan pengelolaan Dayah dan membuat perpustakaan dengan cara
menterjemahkan kitab-kitab rujukan Islam ke dalam bahasa Jawi. Bahkan pada masa
generasi ke-6, yaitu Syeikh Abdul Wahab yang dikenal dengan Teungku Chik Tanoh
Abee, bercita-cita memiliki perpustakaan terbesar dan jadi rujukan di Asia
Tenggara.
Generasi ke-9, Abu Dahlan Al-Fairusy Al-Baghdady wafat
pada tahun 2006 yang lalu. Menurut ummi, istri Abu Dahlan kepada kontributor
bersamaislam.com, tidak semua kitab kuno dirawat dan dipelihara sesuai wasiat
dari Abu. Bahkan banyak kitab-kitab terdahulu yang ikut dikubur karena
dikawatirkan isinya tidak sanggup dicerna tanpa bimbingan yang baik.
Selepas meninggalnya Abu Dahlan, kegiatan di Dayah
Teungku Chiek Tanoh Abee ini terhenti sampai sekarang. Hanya ummi yang masih
rutin memberikan pengajian untuk ibu-ibu di rumah beliau.
(Saiful Aceh/Ahmad
Yasin/bersamaislam.com)
0 comments:
Post a Comment