GAZA, PALESTINA - Malu rasanya
kita jika tak tergerak membantu muslim Rohingya, bagaimana tidak, jika kita
bandingkan dengan aksi solidaritas warga Gaza, Palestina yang begitu peduli
pada saudara muslim Rohingya, Kamis (28/5).
Abdullah Onim
melaporkan dari Gaza, bahwa tidak sedikit dari masyarakat Gaza yang selalu
bertanya dan mengkonfirmasi terkait derita pilu yang sedang dialami oleh Muslim
Rohingnya, mereka lebih dari 30 dekade mengalami pengusiran bahkan pembantaian
dari zionis agama Budha baik di Arakan, Rohingya dan beberapa daerah yang
tersebar di Burma Myanmar.
Hal serupa pun sering di tanyakan oleh para
aktivis pegiat kemanusiaan di Gaza, kaum akademik, pihak Masjid bahkan warga
sipil pun, jika berpapasan di Masjid atau di pasar sering melontarkan
pertanyaan yang sama, bagaimana kabar dengan saudara-saudara kami Muslim di
Burma, sembari menyisipkan doa buat saudara mereka di Burma, mereka mengira
Burma berada dalam lingkup atau wilayah NKRI ( Negara Kesatuan Republik
Indonesia ).
Tidak kali ini
saja aksi solidaritas warga Gaza untuk Muslim Rohingnya, 1 tahun lalupun Ikatan
Ulama Palestina di Gaza pernah mengadakan aksi serupa untuk Muslim Burma,
selayaknya sesama Muslim dan segala kondisi harus saling menopang, mendukung,
mendoakan ibarat satu tubuh, ibarat sebuah bangunan maka saling mengokohkan,
kini suadara seakida kami di Burma sedang dilanda musibah, sedang di dzolimi,
lebih dari 7000 orang di usir dari kampung halaman mereka kini terombang ambing
tanpa arah tujuan di lautan bebas selat Malaka dan sebagian terdampar di
perairan Malaysia juga perairan Indonesia. Kami atas nama Ikatan Ulama
Palestina dan segenap rakyat Palestina menyatakan menolak dan mengutuk
kekejian, kekejaman oleh kaum Budha terhadap kaum muslimin Rohingnya Burma,
tegas Syeikh DR.Marwan Abu Raas selaku Ketua Ikatan Ulama Palestina, saat di
hubungi oleh Abdillah Onim.
Warga Gaza pun merasa
terpanggil untuk memberikan dukungan moril kepada muslim Rohingya, walau hanya
dengan doa dan dukungan moril.
Atas inisiatif
dari para guru penghafal Alqur'an yang tergabung dalam para hafidz dan hafidzoh
markaz tahfidz Daarul Qur'an Indonesia Cabang Gaza Palestina, sekaligus
berkoordinasi dengan Ikatan Ulama Palestina di Gaza untuk mengadakan aksi
solidaritas dukungan moril bagi Muslim Rohingnya yang sedang terdzolimi, lebih
khusus lagi bagi ribuan pengungsi yang terombang ambing di perairan Malaka,
perairan Indonesia Dan perairan Malaysia di mana tak berhaluan arah tujuan, bah
manusia perahu, terpanggang oleh terik matahari dan kerasnya gelombang selat
Malaka, dengan harapan bisa terdampar di daratan Indonesia dan Malaysia, dan
kini tidak kurang dari 1000 orang yang terdampar di daratan Aceh.
"Pada hari
Kamis, 28 Mei 2015. Para hafidz dan hafidzoh Daarul Qur'an Indonesia Cabang
Gaza Palestina, Bergerak cepat berkoordinasi dan mengumpulkan lebih Dari 250
santri mereka, bahkan para ulama Palestina pun ambil bagian untuk hadir
memberikan dukungan moril membacakan doa bagi para pengungsi Muslim Rohingnya,
terlihat warga sipil baik wanita maupun pria, tua muda hadir memadati pelataran
Graha Daarul Qur'an Indonesia yang terletak di Salahuddien street nort Gaza
Palestina, lebih terharunya lagi lebih dari 70 orang adalah mereka dari anak
yatim, para janda dimana suami mereka telah syahid di medan jihad saat
bertempur melawan militer zionis Israel," kata PJ Daqu Gaza bang Onim.
Yel yel yang
mereka usung saat aksi sore kemarin setelah sholat ashar adalah : hentikan
pengusiran atas Muslim Rohingnya, stop pembunuhan atas Muslim Rohingnya,
kutukan kekejian kaum Budha, save save Rohingnya, Keselamata untuk Burma dari
kami rakyat Gaza Palestina. Mereka juga membentangkan spanduk besar berukuran 3
x 6 meter bertulis Kalimat ukhuwah dan bukti cinta dari rakyat Gaza Palestina,
juga para bocah memegang banner tertulis hentikan pembantaian atas saudara
kami, dan kata kata moril lainnya..aksi solidaritas di tutup dengan doa bersama
mendoakan Muslim Rohingnya.
Kondisi Gaza
Kondisi Gaza,
sudah lebih dari 8 tahun wilayah Gaza masih di blokade zionis Israel, pasca
agresi Israel atas Gaza pada bulan Juli hingga Agustus akhir tahun 2014 yang
menewaskan lebih dari 2000 orang, melukai lebih dari 11.000 orang,
melululantahkan rumah warga Gaza lebih dari 5000 unit, masjid rata dengan tanah
170 an unit. Hingga kini masih terlihat porak poranda tidak ada kejelasan kapan
akan dibangun kembali.
Terowongan terbentang antara Gaza-Mesir sudah
dihancurkan, perlu kita ketahui bahwa terowongan adalah satu satunya jalur
alternatif bagi 2 juta jiwa warga Gaza untuk mendapatkan pasokan sandang dan
pangan bahkan papan, menggantung harapan dan hidup mereka kini menjadi sirna.
Harapan hidup,
untuk mendapatkan bahan makanan dll mereka alihkan ke pintu perlintasan darat
Gaza dan Mesir yaitu pintu Rafah, lebih dari 170 hari pintu Rafah benar benar
tertutup, tidak hanya warga asing atau NGO asing bahkan bagi warga Gaza pun
tidak diperboleh masuk atau kembali ke tanah kelahiran mereka, berapa hari yang
lalu pintu Rafah sempat dibuka setelah lebih dari 2 bulan di tutup oleh pihak
Mesir, di buka hanya 2 hari saja itupun hanya satu arah yaitu khusus bagi warga
Gaza yang kembali ke Gaza, mereka masuk ke Gaza dalam kondisi berdesak desakan
ironisnya satu orang nenek saking kelelahan dan kepanasan dan melepaskan nafas
terakhir di pintu Rafah Mesir diantara tumpukan tas dan koper.
Pihak kementrian
kesehatan di Gaza makin kebingungan karena sejak 6 bulan lalu hingga kini belum
mendapatkan solusi atau jalan keluar yaitu bahan makanan bagi para pasien di 6
unit Rumah Sakit Pemerintah Palestina di Gaza khususnya Rumah Sakit terbesar
yaitu RS.As Syifa di Gaza City, ini kondisi nyata.
(Abdullah onim/adivammar/voa-islam.com)
0 comments:
Post a Comment